Tunis -
Kekuatan sosialisme dan komunisme di Tunisia, terus berusaha
mengguncang pemerintahan Tunisia, yang sekarang berada di tangan Partai An-Nahdhah, yang merupakan wajah dari gerakan Jamaah Ikhwanul lMuslimin di negeri itu.
Sebagaimana di Mesir kekuatan
anti Islam, yang bermuara dari kekuatan sosialisme, sekulerisme,
nasionalisme dan liberalisme, bersatu padu, dan terus berusaha
menggulingkan pemerintahan Presiden Mursi. Padahal, jajak pendapat yang
dilakukan BBC, menunjukkan 82 persen rakyat Mesir mendukung pemerintahan
Mursi.
Kalangan anti Islam di Tunis
dan Mesir, terus menciptakan instabilitas yang tidak ingin kekuatan
Islam di Tunis dan Mesir, yang merupakan represantasi dari gerakan
Jamaah Ikhwan, yang sekarang memegang kendali negara bertahan, dan dapat
mengelola negara, dan dihancurkan dengan berbagai aksi kerusuhan dan
demonstrasi yang sangat destruktif.
Karena itu, pemimpin Partai
An-Nahdhah Prof Rashid Gonuoshi mengajak dan menyerukan seluruh kekuatan
An-Nahdhah bergabung bersama dalam gerakan aksi "Satu Juta", yang
bertujuan denagn seruan persatuan nasional. Seruan Gonoushi itu,
mendapatkan dukungan dari seluruh tokoh dan gerakan An-Nahdhah, serta
berbagai elemen yang ada, mendukung adanya persatuan naisonal.
Demonstrasi berlangsung di ibukota Tunis setelah Partai Gerakan Nahdhah menyrukan
kepada seluruh rakyat Tunisia menbentuk parsatuan nasional. Ini sebagai
langkah yang paling serius dilakukan para pemimpin An-Nahdhah,
menghadapi rongrongan yang dilakukan para penentangnya, terutama dari
kalangan kubu sosialis dan komunis, dan mendapatkan dukungan dari Barat.
Rakyat dan pendukung Partai An-Nahdhah berkumpul di Burgiba Boulevard di Tunis untuk bergabung dengan para pendukung "Demonstrasi satu juta orang untuk persatuan nasional" yang diselenggarakan dalam rangka mengakhiri kekerasan di Tunisia dan melindungi legitimasi lembaga yang dibentuk melalui pemilihan umum.
Rakyat dan pendukung Partai An-Nahdhah berkumpul di Burgiba Boulevard di Tunis untuk bergabung dengan para pendukung "Demonstrasi satu juta orang untuk persatuan nasional" yang diselenggarakan dalam rangka mengakhiri kekerasan di Tunisia dan melindungi legitimasi lembaga yang dibentuk melalui pemilihan umum.
Ribuan orang terlihat membawa bendera dan spanduk di Tunis.
Banyak orang meneriakkan slogan-slogan yang mengatakan "Tidak untuk sisa-sisa kediktatoran" dan "Kami dengan para martir revolusi". "Kami akan menentang setiap pemberontak yang akan berusaha menghancurkan revolusi", ucap mereka.
Gerakan yang mendapatkan dukungan dari berbagai gerakan itu, tujuannya menghentikan langkah-langkah yang akan dijalankan oleh Perdana Menteri Hamadi Jebali, yang mengancam membentuk kabinet teknokrat, dan memberikan konsesi politik yang lebih luas, bagi kalangan teknokrat, yang lebih dekat dengan kalangan sosialis. Langkah ini sama dengan halnya menggusur kalangan Islamis yang duduk di dalm pemerintahan Tunisia.
Jebali telah mencari dukungan politik bagi rencananya untuk membentuk kabinet non-partisan dari teknokrat, setelah pembunuhan minggu lalu dari seorang tokoh oposisi sayap kiri melemparkan Tunisia ke dalam kekacauan. Ini menjadi ancaman serius bagi masa depan gerakan Islam di Tunisia, yang baru saja keluar dari cengkeraman rezim diktator yang dipimpin Zine al-Abidin.
Banyak orang meneriakkan slogan-slogan yang mengatakan "Tidak untuk sisa-sisa kediktatoran" dan "Kami dengan para martir revolusi". "Kami akan menentang setiap pemberontak yang akan berusaha menghancurkan revolusi", ucap mereka.
Gerakan yang mendapatkan dukungan dari berbagai gerakan itu, tujuannya menghentikan langkah-langkah yang akan dijalankan oleh Perdana Menteri Hamadi Jebali, yang mengancam membentuk kabinet teknokrat, dan memberikan konsesi politik yang lebih luas, bagi kalangan teknokrat, yang lebih dekat dengan kalangan sosialis. Langkah ini sama dengan halnya menggusur kalangan Islamis yang duduk di dalm pemerintahan Tunisia.
Jebali telah mencari dukungan politik bagi rencananya untuk membentuk kabinet non-partisan dari teknokrat, setelah pembunuhan minggu lalu dari seorang tokoh oposisi sayap kiri melemparkan Tunisia ke dalam kekacauan. Ini menjadi ancaman serius bagi masa depan gerakan Islam di Tunisia, yang baru saja keluar dari cengkeraman rezim diktator yang dipimpin Zine al-Abidin.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !